Laman

Senin, 28 Juni 2010

Bursitis

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bursa merupakan suatu tempat yang berisi cairan berada di antara 2 struktur tulang yang bersentuhan satu sama lain. Cairan ini adalah minyak yang sama dengan cairan persendian dan secara normal jumlahnya memang sedikit. Bunsitis adalah peradangan pada bursa dapat disebabkan oleh adanya friksi, benturan secara langsung pada persendian atau disebabkan oleh infeksi bakteri. Bursitis paling sering di bursa subdeltoid, bursa olekranon, bursa prepatelan dan bursa radiohumenal, sesuai urutan kekerapannya lebih menonjol rasa nyeri dari pada keparahan penyakit. Bursitis dapat dikelompokkan menjadi bursitis akut adalah terjadi secara mendadak.. bursitis kronis merupakan akibat dari serangan bursitis akut sebelumnya atau cedera yang berulang.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah definisi dari bursitis ?

2. Apakah etiologi dari bursitis ?

3. Bagaimanakah tanda dan gejala dari bursitis ?

4. Bagaimanakah pengobatan dari bursitis ?

5. Bagaimanalah pemeriksaan penunjang dari bursitis ?

6. Bagaimanakah diagnosa banding dari bursitis ?

7. Bagaimanakah WOC dari bursitis ?

8. Bagaimanakah ASKEP dari bursitis ?

C. Tujuan Penulisan Masalah

1. Mahasiswa mengetahui definisi bursitis

2. Mahasiswa mengetahui etiologi bursitis

3. Mahasiswa mengetahui tanda dan gejala bursitis

4. Mahasiswa mengetahui pengobatan bursitis

5. Mahasiswa mengetahui pemeriksaan penunjang bursitis

6. Mahasiswa mengetahui diagnosa banding bursitis

7. Mahasiswa mengetahui WOC bursitis

8. Mahasiswa mengetahui ASKEP bursitis

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

ü Bursitis adalah peradangan bursa, yang terjadi pada tempat perlekatan tendon atau otot dengan tulang oleh sebab yang belum diketahui dengan pasti.

ü Bursitis adalah peradangan pada bursa yang disertai rasa nyeri. Bursa adalah kantong datar yang mengandung cairan sinovial, yang memudahi pergerakan normal dari beberapa sendi pada otot dan mengurangi gesekan.

Bursa terletak pada sisi yang mengalami gesekan, terutama di tempat dimana atau otot melewati tulang. Dalam keadaan normal, sebuah bursa mengandung sangat sedikit cairan. Tetapi jika terluka, bursa akan meradang dan terisi oleh cairan.

v Bursa yang sering terkena adalah :

1. Bursa sub akromial dan bursa deltoid pada bahu yaitu bursa yang paling penting dalam tubuh, inflamasi pada bursa ini menimbulkan perasaan nyeri akut serta pergerakan yang terbatas terutama gerakan abduksi pada sendi bahu, dan nyeri menetap pada insersi deltoid terutama pada malam hari. Sering kali sekunder akibat robeknya bungkus rotator yang terjadi tanpa di ketahui.

2. Bunion bursitis yaitu daerah pembengkakan yang mengeras pada permukaan metakarpofalangeal I. penanggulangan dengan aspirasi cairan pada bagian yang membengkak dan suntikan kortikosteroid local.

3. Bursitis Achilles yang terdapat pada perlekatan tendon Achilles dengan tulang kallaneus (retrokalkaneal bursa) dan di antara bursa tersebut dan kulit (bursa sub kutaneous). Menimbulkan rasa nyeri di daerah tersebut terutama pada kalkaneus posterior. Mudah untuk melakukan suntikan kortikosteroid dan xilokain pada daerah pembengkakan di sini, tetapi harus hati-hati tidak boleh ada bolus pada tendon untuk menghindari risiko rupture.

4. Heel spur bursitis. Menimbulkan rasa nyeri pada daerah tumit. Suntikan local kortikosteroid dan atau lidokain sangat membantu.

5. Anserin bursitis, sering disalah tafsirkan sebagai osteortritis karena dijumpai pada wanita tua bertubuh gemuk, yaitu berupa rasa nyeri, tegang (tender) dan kadang-kadang membengkak dan terasa panas di daerah lutut bagian medial inferior, distal garis sendi.

6. Bursitis pre patellar (house maid’s knee dengan keluhan yang khas pada lutut, yaitu rasa nyeri sewaktu berlutut, terasa kaku, bengkak dan berwarna merah pada bagian anterior lutut (patela). Penyebab yang paling sering karena lutut sering bertumpu pada lantai. Berbeda dengan sinovitis pada lutut yang menimbulkan pembengkakan di daerah belakang bagian pinggir lutut.

7. Bursitis olekranon, terdapat pada puncak siku (tip). Hal ini sering terjadi pada posisi dengan menggunakan siku atau sering jalan tiarap. Walaupun inflamasinya jelas tetapi kadang-kadang rasa nyeri hanya minimal. Juga dapat timbul pada artristis rheumatoid, gout, akibat trauma dan infeksi. Pencegahan dilakukan dengan memakai alas karet busa untuk protektif. Kalau perlu dapat diberi suntikan local kortikosteroid.

8. Bursitis kalkaneal, ada 3 bursa di sekeliling kalkanrus yang dapat mengalami inflamasi dan menimbulkan rasa sakit yaitu :

ü Bursitis retro kalkaneal pada bagian anterior Achilles.

ü Bursitis post kalkaneal pada bagian posterior Achilles

ü Bursitis sub kalkaneal pada bagian inferior tulang kalkaneus. Bursitis yang berulang-ulang di tempat ini dapat mengakibatkan tebdnitis pada Achilles dan dapat mengakibatkan rupture tendon.

9. Bursitis pada ibu jari metakarpofangeal I, kelingking dan tumit. Hal ini terutama di sebabkan ukuran sepatu yang tidak sesuai.

10. Bursitis hip (pada pinggul), ada 3 yang terpenting yaitu :

ü bursitis trokanter, pada inseri otot gluteus medius di trokanter femur, menimbulkan rasa nyeri pada bagian lateral pinggul sebelah bawah trokanter dan dapat menjalar ke bawah, ke kaki atau lutut. Rasa nyeri istimewa pada malam hari dan bertamnah nyeri kalau dibengkokkan, rotasi internal atau kalau mendapat penekanan di daerah trokanter tersebut dijumpai otot-otot menegang kaku. Dan pada foto roentgen terlihat adanya deposit kalsium. Penanggulangan dengan suntikan local lidocain 1%.

ü Bursitis iliopektineal, menimbulkan rasa nyeri dan tegang di daerah lateral segi tiga skarpa (daerah segi tiga yang dibatasi oleh ligament inguinal,

v Bursitis digolongkan menjadi 2 :

ü Bursitis akut terjadi secara mendadak.

Jika disentuh atau digerakkan, akan timbul nyeri di daerah yang meradang. Kulit diatas bursa tampak kemerahan dan membengkak. Bursitis akut yang disebabkan oleh suatu infeksi atau gout menyebabkan nyeri luar biasa dan daerah yang terkena tampak kemerahan dan teraba hangat.

ü Bursitis kronis merupakan akibat dari serangan bursitis akut sebelumnya atau cedera yang berulang. Pada akhirya, dinding bursa akan menebak dan di dalamnya terkumpul endapan kalsium padat yang menyerupai kapur. Bursa yang telah mengalami kerusakan sangat peka terhadap peradangan tanbah. Nyeri menahun dan pembengkakan bisa membatasi pregerakan, sehingga otot mengalami penciutan (atrofi) dan menjadi lemah. Serangan bursitis kronis berlangsung selama beberapa hari sampai beberapa minggu dan sering kambuh.

2.2 Etiologi

Penyebabnya sering kali tidak diketahui, tetapi burnitis dapa disebabkan oleh :

- Cedera

- Gout

- Pseudogout

- Arthritis rematoid

- Infeksi.

Yang paling mudah terkena bursitis adalah bahu, bagian tubuh lainnya yang juga terkena bursitis adalah sikut, pinggul, lutut, jari kaki, dan tumit.

2.3 Tanda dan Gejala

Gejala utama pada bursitis pada umunya berupa pembengkakan lokal, panas, merah, dan nyeri. Bursitis menyebabkan nyeri dan cenderung membatasi pergerakan, tetapi gejala yang khusus tergantung kepada lokasi bursa yang meradang. Jika bursa di bahu meradang, maka jika penderita mengangkat lengannya untuk memakai baju akan mengalami kesulitan dan merasakan nyeri.

2.4 Pengobatan

Bursa yang terinfeksi harus dikeringakan dan diberikan obat antibiotik. Burnitis akut non-infeksius biasanya diobati dengan istirahat sementara waktu sendi yang terkena tidak digerakkan dan diberikan obat peradangan non-steroid (misalnya indometasin, ibuprofen atau naproksen). Kadang diberikan obat pereda nyeri. Selain itu bisa disuntikkan campuran daru obat bius lokan dan kortikosteroid langsung ke dalam bursa. Penyuntikan ini mungkin perlu dilakukan lebih dari satu kali. Pada burnitis yang berat dibrikan kortikostiroid (misalnya perdnison) per-oral (ditelan) selama beberapa hari. Setelah nyeri mereda, dianjurkan untuk melakukan latihan khusus guna meningkatkan daya jangkau sendi. Bursitis kronis diobati dengan cara yang sama. Kadang endapan kalsium yang besar di bahu bisa dibuang melalui jarun atau melalui pembadahan. Kortikosteoid bisa langsung disumtikkan ke dalam sendi. Terapi fisik dilakukan untuk mengemblikan fungsi sendi. Latihan bisa membantu mengembalikan kekuatan otot dan daya jankau sendi. Bursitis sering kambuh jika penyebabnya ( misalnya, gout, arthritis rematoid atau pemakaianberlebihan) tidak diatasi.

2.5 Pemeriksaan Penunjang

Ada pemeriksaan khusus untuk memastikan adanya bursitis yaitu dengan radiografi. Pada daerah yang terserang biasanya menunjukkan adanya klasifikasi dalam bursa, tendon atau jaringan lunak yang berdekatan.

2.6 Diagnosa Banding

- Sepsis atau sinflamasi : aspirasi dan biakan

- Mungkin sukar dibedakan antara bursitis dan arthritis inflamasi akut, selulitis, atau ostiomieolitis

- Diagnosa sering ditegakkan berdasarkan lokasi nyeri pada tempat yang klasik

- Sendi yang terserang biasanya mempunyai ruang gerak pasif yang hampir normal

INTERVENSI

RASIONAL

1. Kaji lokasi, intensitas dan derajat nyeri.

2. Berikan posisi yang nyaman.

3. Berikan kasur busa atau bantal air pada bagian yang nyeri.

4. Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi.

5. Kolaborasi pemberian aspirin.

1. Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan keafektifan program.

2. Pada penyakit berat / eksaserbasi, tirah baring mungkin diperlukan untuk membatasi nyeri.

3. Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit dan mempertahankan posisi netral.

4. Meningkatkan relaksasi / mengurangi tegangan otot.

5. Aspirin bekerja sebagai anti dan efek analgetik ringan dalam mengurangi kekakuan dan meningkatkan mobilitas.

  1. Gangguan inteloriensi aktifitas yang berhubungan dengan kelemahan/ keletihan.

Tujuan : Klien dapat melakukan aktifitasnya setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x 24 jam.

Kriteria hasil :

- Klien dapat melakukan aktifitas sehari-hari sesuai dengan tingkat kemampuan

- Klien dapat mengidentifikasikan faktor-faktor yang menurunkan toleriansi aktifitas.

INTERVENSI

RASIONAL

  1. Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidak mampuan untuk berpartisipasi dalam aktifitas sehari-hari
  2. Berikan lingkungan tenang dan periode istirahat tanpa gangguan
  3. Pertahankan istirahat tirah baring / duduk jika diperlukan

  1. Berikan lingkungan yang aman

1. Klien menunjukkan kelemahannya berkurang dan dapat melakukan aktifitasnya

2. Menghemat energi untuk aktifitas

3. Istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi dan seluruh fase penyakit yang penting mencegah kelemhan

4. Menghindari cedera akibat kecelakaan

  1. Kurang perawatan diri yang berhubungan dengan keletihan, nyeri pada waktu bergerak.

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien mampu melakukan perawatan terhadap dirnya secara mandiri.

Kriteria hasil :

· Klien mampu melaksanakan aktifitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan kemampuan individual.

· Klien mampu mendemontrasikan perubahan teknik atau gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri.

INTERVENSI

RASIONAL

  1. Kajian keterbatasan klien dalam peraatan diri.
  2. Pertahankan mobilitas, control terhadap nyeri dan program latihan.
  3. Kaji hambatan terhadap partisipasi dan perawatan diri.
  4. Konsul dengan ahli terapi okulasi.

1. Mungkin dapat melanjutkan aktifitas umum dengan melakukan adaptasi yang dilakukan pada saaat ini.

2. Mendukung kemandirian fisik / emosional.

3. Menyiapkan untuk meningkatkan kemandirian, yang akan meningkatkan harga diri.

4. Berguna untuk menentukan alat bantu utnuk memenuhi kebutuhan individu.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

· Bursitis adalah peradangan pada suatu bursa yang kadang-kadang disertai dengan pengendapan kapur pada tendon supraspinatus di bawahnya ( Kamus Kedokteran Dorland )

· Bursitis adalah peradanganpada bursa yang terjadi pada tempat perlekatan tendon atau otot dengan tulang sebab yang belum diketahui dengan pasti.

· Bursitis adalah peradangan pada bursa yang disertai rasa nyeri

· Bursa adalah kantong datar yang mengandung cairan sinovialyang memedahkan prgerakan normal daripada otot dan berfungsi untuk mengurangi gesekan

Etiologi

1. Cedera

2. Gout

3. Pseudogout

4. Arthritis Rematoid

Manifestasi Klinis

1. Pembengkakan lokal, paras, merah

2. Nyeri

3. Pembatasan gerak

3.2 Saran

Bursitis adalah peradangan pada suatu bursa yang kadang-kadang disertai dengan pengendapan kapur pada tendon supraspinatus di bawahnya. Bursitis biasanya terjadi pada bahu, siku, pinggul, panggul, tumit, jari kaki, dan tumit. Hal ini juga disebabkan pola perilaku kita yang tidak disengaja ( seperti menyangga kepala menggunakan sikut ), kebiasaan ini merupakan salah satu penyebab terjadinya bursitis. Oleh karena itu kita harus membiasakan serta memperhatikan kebiasaan perilaku kita yang tidak baik. Selain itu juga kita harus menghindari hal-hal yang menyebabkan terjadinya bursitis.





Daftar Pustaka

  • Bennett, J. Claude, and Fred Plum, eds. Cecil Textbook of Medicine. Philadelphia:W. B. Saunders Co., 1996.
  • Bennett, Robert M. “Bursitis, Tendinitis, Myofascial Pain, and Fibromyalgia.” In Conn’s Current Therapy. ed. Robert E. Rakel. Philadelphia:W. B. Saunders Co., 1996.
  • The Burton Goldberg Group. Alternative Medicine: The Definitive Guide. Fife,WA: Future Medicine Publishing, 1995.
  • Jacqueline L. Longe. The Gale Encyclopedia of Medicine Second Edition. 27500 Drake Road :Gale Group, 2002



Senin, 14 Juni 2010

MENENTUKAN UJI HIPOTESIS PENELITIAN

STATISTIKA DESKRIPTIF

(to describe : menggambarkan) adalah statistika cara meringkas, menyajikan dan mendeskripsikan data agar mudah dimengerti dan mempunyai makna.
Mean, standar deviasi, prosentase dan lain-lain dari data sample yang disajikan dalam bentuk tabel maupun diagram.
pendeskripsian data saja tanpa memperkirakan, membandingkan, meramalkan, atau pun menggeneralisasikan.
merupakan dasar dan tulang punggung dari seluruh struktur ilmu statistik, memahami statistik infrensial, harus lebih dahulu mempelajari statistik deskriptif.
Dalam SPSS, menggunakan menu ”Descriptive Statistics” , yaitu terdiri dari ; submenu Frequencies, Descriptives, Explore, Crosstabs, & Ratio.


STATISTIKA INFERENSIAL / INDUKTIF
(to infer : menarik kesimpulan) adalah statistika yang untuk menyimpulkan parameter (populasi), berdasar sampel atau dikenal proses generalisasi.
dikenal statistik induktif, statistik lanjut atau mendalam.
BERmaksud memperkirakan, membandingkan, meramalkan (prediction) , atau menggeneralisasikan, sehingga statistika jenis inilah yang sering dipakai untuk menguji hipotesis
dibicarakan statistika parametrik dan statistika non parametrik. Berikut persyaratan penggunaan uji statistika tersebut.

STATISTIKA PARAMETIK
SKALA PENGUKURAN INTERVAL DAN RASIO
JUMLAH SAMPEL MINIMAL BIASANYA 30 CASE
(SEBARAN) DATA BERDISTRIBUSI NORMAL, SHG SEMAKIN BANYAK JUMLAH SAMPEL SEMAKIN NORMAL DISTRIBUSINYA
STATISTIKA NON PARAMETIK
SKALA UKUR NOMINAL DAN ORDINAL
TIDAK MEMPERMASALAHKAN DATA DISTRIBUSI NORMAL ATAU TIDAK
BIASANYA JUMLAH SAMPEL KURANG DARI 30
(AL HUSIN , 2003)

Tahapan dalam Menetukan Uji Hipotesis
Menurut Dahlan(2004) ada 6 tahapan tahapan yang harus diperhatikan dalam menentukan uji hipotesis yang tepat dalam melalukan pengolahan data penelitian.
Skala pengukuran
Jenis hipotesis
Jumlah kelompok (satu kelompok atau lebih)
Berpasangan atau tidaknya responden
Tabel silang (baris X kolom)
Uji parametrik atau non parametrik



Menurut WINDU PURNOMO, 2002 :
SKALA PENGUKURAN
DISTRIBUSI ASAL SAMPEL (DATA KUANTITATIF ATAU KUALITATIF)
SAMPEL BEBAS ATAUKAH BERPASANGAN
JUMLAH KELOMPOK SAMPEL (2 /bivariat ATAU LEBIH/multivariat)
BESARNYA SAMPEL

Jenis Hipotesis
Ada 2 jenis hipotesis yaitu :
a. Komparatif (perbedaaan) / asosiatif (hubungan)
asosiatif dibagi menjadi 2 yaitu asosiatif simetris dan asosiatif kausal
Contoh asosiatif simetris : “Adakah perbedaan antara pengetahuan dan sikap perawat dalam komunikasi terapeutik ?
Contoh asosiatif kausal : “Adakah pengaruh mobilisasi terhadap proses penyembuhan luka?
b. korelatif, contoh “Berapa korelasi atau hubungan antara tingkat kepercayaan terhadap perubahan perilaku ?”

Skala Pengukuran
Ada 4 jenis skala pengukuran yaitu nominal, ordinal (bertingkat), interval, rasio
nominal dan ordinal masuk ke dalam katagorikal atau non parametrik, sedangkan interval dan rasio masuk ke dalam non katagorikal atau parametrik atau numerik
Biasanya bidang ilmu keperawatan/kesehatan banyak menggunakan skala pengukuran non parametrik atau katagorikal berupa nominal dan ordinal

Menguji Normalitas Data
Uji ini dilakukan sebelum data diolah berdasarkan model-model penelitian, yg bertujuan utk mengetahui distribusi data dlm variable yg akan digunakan dlm penelitian.
Data yg baik & layak digunakan dlm penelitian adlah data yg memiliki distribusi normal, normalitas dpt dilihat dgn beberapa cara, antara lain;

- Nilai Skewness
Mengetahui distribusi data dengan menilai kemiringan kurva, yg baik mendekati nilai 0 sehingga memiliki kemiringan yg cenderung seimbang.
(Menu SPSS, Analyze >Descriptive Statistics>Descriptive>Klik Var> Option (Centang Skewness & Kurtosis)>Continue>Ok)
Histogram Display Normal Curve
Menentukan Normalitas data berdasar bentuk kurva, Data normal memiliki kemiringan yg cenderung seimbang.
(Menu SPSS, Graph>Histogram>Klik Var >Display Normal Curve>OK)


Pengujian Hipotesis
Hal yang dipertimbangkan :
H0 & Ha yang diusulkan
Daerah penerimaan & penolakan serta teknik arah pengujian (one tailed atau two tailed)
Penentuan Nilai hitung statistik
Menarik kesimpulan menerima atau menolak hipotesis yg diusulkan.
H0 & Ha
H0 bertujuan utk memberikan usulan dugaan kemungkinan tidak adanya perbedaan antara perkiraan penelitian dgn keadaan yg sesungguhnya yg diteliti.
Ha bertujuan memberikan usulan dugaan adaanya perbedaan perkiraan dgn keadaan sesungguhnya yg diteliti.
Uji T - Paired
Digunakan untuk menentukan ada tidaknya perbedaan rata-rata dua sample bebas. Dua sampel yg dimaksud adalah sampel yg sama tapi mengalami perlakuan yang berbeda.

Pedoman untuk menerima atau menolak hipotesis :
H0 diterima jika t –hitung <> level of signicant (a)
Ha diterima jika t –hitung > t-tabel / p-value pada kolom sig.(2tailed) <>30 , distribusi data normal = Pearson (karena memenuhi asumsi parametik)

Data < normal =" Spearman"> level of signicant (a)
Ha diterima jika r –hitung > r-tabel / p-value pada kolom sig.(2tailed) <>level of significant

Ha diterima jika F atau t-hitung > F atau t-tabel, atau nilai p-value pada kolom sig.>level of significant

Jumat, 04 Juni 2010

RESPONS EMOSIONAL



Kelompok Keilmuan Keperawatan Jiwa
Fakultas Ilmu Keperawatan-Universitas Indonesia

ALAM PERASAAN
Suatu keadaan emosional yang berkepanjangan dan yang mempengaruhi seluruh kepribadian serta fungsi kehidupan

Gangguan alam perasaan
Merupakan suatu kelompok gangguan emosi yang disertai gejala mania dan depresi

Rentang Respons Emosional
Responsif terbuka dan sadar akan perasaan Reaksi kehilangan yang wajar menghadapi realita, mengalami proses kehilangan. tidak berlangsung lama Supresi menyangkal, menekan, menginternalisasi semua aspek perasaan terhadap lingkungan Reaksi kehilangan yang memanjang penyangkalan yang menetap dan memanjang, terjadi beberapa tahun

Mania/Depresi respon emosional yang berat, terlihat dari intensitas dan pengaruhnya pada fisik dan fungsi sosial

Depresi
Respons emosi yang maladaptif
Ditandai :
Perasaan sedih dan berduka yang berlebihan dan berkepanjangan

MANIA
Respons emosi yang maladaptif
Di tandai :
peningkatan, perluasan alam perasaan atau keadaan alam perasaan yang mudah tersinggung dan terangsang

Asuhan Keperawatan Klien dengan Mania dan Depresi


Pengkajian
- Identifikasi faktor predisposisi, presipitasi, perubahan perilaku serta mekanisme koping yang digunakan klien

Faktor Predisposisi
Genetik

  1. Teori Agresi berbalik pada diri sendiri
  2. Teori kepribadian
  3. Teori kognitif
  4. Model belajar ketidakberdayaan
  5. Model perilaku
  6. Model biologis
Faktor Presipitasi
Faktor Biologis
Disebabkan obat-obat/berbagai penyakit fisik

● Faktor Psikologis
Kehilangan kasih sayang
Kehilangan cinta, seseorang dan harga diri

● Faktor Sosial Budaya
- Kehilangan peran, perceraian, kehilangan
pekerjaan

PERILAKU DAN MEKANISME KOPING
Perilaku mania:
perbedaan intensitas psikofisiologikal yang tinggi
Mekanisme koping yang digunakan : denial dan supresi untuk menghindari tekanan

Perilaku Depresi:
kelambatan dan kesedihan yang menonjol dan dapat terjadi agitasi
Mekanisme koping yang digunakan : represi, supresi, denial, disosiasi
Perilaku yang Berhubungan dengan Mania

Afektif
Gembira yang berlebihan (Euphoria), harga diri
Meningkat, tidak tahan kritik

Kognitif
Ambisi, mudah terpengaruh, mudah beralih
perhatian, waham kebesaran, ilusi, flight of ideas,
gangguan penilaian

Perilaku yang Berhubungan dengan Mania
Fisik
Dehidrasi, nutrisi yang tidak adekuat,
berkurangnya kebutuhan tidur/istirahat, berat
badan menurun

Tingkah laku Agresif, hiperaktif, aktifitas motorik meningkat,
kurang bertanggung jawab, royal, iritable atau
suka berdebat, perawatan diri kurang, tingkah
laku seksual yang berlebihan, bicara bertele-tele

Afektif
Sedih, cemas, apatis, murung, kebencian, kekesalan, marah,
perasaan ditolak, perasaan bersalah, merasa tak berdaya,
putus asa, merasa sendirian, merasa rendah diri, merasa tak
berharga

Kognitif
Ambivalensi, bingung, ragu-ragu, tidak mampu konsentrasi,
hilang perhatian dan motivasi, menyalahkan diri sendiri, pikiran
merusak diri, rasa tidak menentu, pesimis

Fisik
Sakit perut, anoreksia, mual, muntah, gangguan pencernaan, konstipasi, Lemah, lesu, nyeri kepala, pusing, insomnia, nyeri dada, perubahan berat badan, gangguan selera makan, impoten, tidak berespons terhadap seksual

Perilaku yang Berhubungan dengan Depresi
Tingkah laku Agresif, agitasi, tidak toleran, gangguan
tingkat aktivitas, kemunduran psikomotor,
menarik diri, isolasi sosial, iritable (mudah
marah, menangis, tersinggung, berkesan
menyedihkan, kurang spontan, gangguan
kebersihan

Masalah Keperawatan
Berduka disfungsional
Ketidakberdayaan
Risiko cedera
Gangguan pola tidur
Perubahan nutrisi
Defisit perawatan diri
Ansietas

Perencanaan
Tujuan Keperawatan
Tujuan Umum :
Mengajarkan klien untuk berespon emosional yang adaptif dan meningkatkan rasa puas serta senang yang dapat diterima lingkungan

Tindakan Keperawatan
Lingkungan
Hubungan perawat klien
Afektif
Kognitif
Perilaku
Sosial
Fisiologis

Afektif
Kesadaran dan kontrol diri perawat merupakan SYARAT UTAMA
Yakin klien akan lebih baik
Sikap perawat menerima klien: hangat, sederhana, AKAN mengekspresikan pengharapan pada klien

Intervensi afektif: menerima dan menenangkan klien, BUKAN menggembirakan/mengatakan klien tidak perlu khawatir
Dorong klien ekspresikan pengalaman yang menyakitkan & menyedihkan secara verbal (untuk kurangi intensitas masalah yang dihadapi)

Hubungan perawat klien
Hubungan saling percaya terapeutik dibina dan ditingkatkan
Bekerja dengan klien depresi perawat harus: hangat, menerima, diam aktif, jujur, empati, bicara lambat, sederhana, beri waktu pada klien untuk berpikir dan menjawab
Membuat batasan konstruktif (untuk kontrol perilaku klien): kontrol dari lingkungan (perawat, dokter, klien) yg konsisten akan mempercepat kesadara klien untuk kontrol perilakunya.

Kognitif
Meningkatkan kontrol diri klien terhadap tujuan dan perilaku, meningkatkan harga diri dan membantu klien memodifikasi harapan yang negatif

Cara mengubah pikiran negatif:
● Identifikasi ide, pikiran yang negatif
●Identifikasi aspek positif klien (kemampuan, keberhasilan)
● Dorong klien nilai kembali persepsi, logika, rasional
● Bantu mengubah persepsi yang salah/negatif ke positif, tidak realistis menjadi realitis
● Sertakan klien pada aktifitas-aktivitas. Beri pujian dan penguatan atas keberhasilan yang dicapai.

Perilaku Tujuan :
Mengaktifkan klien pada tujuan realistik (memberi
tanggung jawab secara bertahap dalam kegiatan
di ruangan).

Klien depresi berat disertai penurunan motivasi
perlu dibuat kegiatan yang terstruktur.
Beri penguatan pd kegiatan yang berhasil.

Sosial
Tujuan
Meningkatkan hubungan sosial, dengan cara:
Kaji kemampuan, dukungan dan minat klien
Observasi dan kaji sumber dukungan
Bimbing melakukan hubungan interpersonal, role model, role play
Beri umpan balik dan penguatan hubungan interpersonal yang positif
Dorong untuk mulai hubungan sosial yang lebih luas

Lingkungan
Mencegah terjadinya kecelakaan.
Klien dengan daya nilai rendah, hiperaktif, tindakan resiko tinggi, ditempatkan di lingkungan yang aman (lantai dasar, perabotan dasar, kurangi rangsang dan suasana yang tenang).
Mencegah tendensi bunuh diri (akibat tidak berdaya, tidak berharga, keputus asaan)

Kewaspadaan Perawat
Berikan prioritas yang paling utama pada potensi bunuh diri
Bunuh diri terjadi saat klien keluar dari fase depresi, klien punya energi dan kesempatan bunuh diri
Klien mania akut juga dapat mengancam kehidupannya.

TINDAKAN KEPERAWATAN
Observasi dan monitor
Terapi keperawatan
Pendidikan kesehatan
Tindakan kolaborasi