Laman

Senin, 26 April 2010

ASUHAN KEPERAWATAN STRIKTUR URETRA

Berdasarkan Etiologinya
Striktur dibagi dalam 3 jenis, Yaitu stirktur konginetal, striktur traumatik dan stritur akibat infeksi.
Striktur Uretra Kongenital

Sering terjadi di Fosa nafikularis dan Pars membranasea, sifat striktur ini adalah stationer.
Striktur Uretra Traumatik
Trauma pada daerah kemaluan dapat menyebabkan ruptura uretra. Timbul Striktur traumatik dalam waktu satu bulan. Striktur akibat trauma lebih progresif dari pada striktur akibat infeksi. Pada ruptura uretra ditemukan hematuri gross.
Striktur akibat Infeksi
Jenis ini biasanya disebabkan oleh infeksi Veneral. Timbulnya lebih lambat dari pada triktur traumatik.
Gambaran Klinik :
Pancaran kecil, lemah dan sering disertai mengejan, biasanya karena ada retensio urin serta timbul gejala-gejala sistitis. Gejala ini timbul perlahan-lahan selama beberapa bulan atau bertahun-tahun , apa bila satu hari pancaran normal kemudian hari berikutnya pancaran kecil dan lemah jangan dipikirkan striktur uretra tetapi ke arah batu buli-buli yang turun ke uretra.

Diagnosis :
Dengan anamnesis yang baik, diagnosa striktura uretra dapat ditegakkan. Apalagi bila ada riwayat infeksi veneral atau “Straddle Injury”. Diagnosis dapat ditegakkan dengan Uretrosistograf. Ke dalam lumen uretra dimasukkan zat kontras, kemudian difoto sehingga dapat dilihat seluruh saluran uretra dan buli-buli ; dari foto tersebut dapat ditentukan :
1. Lokasi striktur : terletak proksimal atau distal dari sphincter , sebab ini penting untuk tindakan operasi
2. Besar kecilnya striktur
3. Panjang striktur
4. Jenis strikturnya

ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian :
Inspeksi :
• Memeriksa uretra dari bagian meatus dan jaringan sekitarnya
• Observasi adanya penyempitan, perdarahan, mukus atau cairan purulent ( nanah )
• Observasi kulit dan mukosa membran disekitar jaringan
• Perhatikan adanya lesi hiperemi atau keadaan abnormal lainnya pada penis, scrotom, labia dan orifisium Vagina.
• Iritasi pada uretra ditunjukan pada klien dengan keluhan ketidak nyamanan pada saat akan mixi.
Pengkajian Psikososial :
• Respon emosional pada penderita sistim perkemihan, yaitu : menarik diri, cemas, kelemahan, gelisah, dan kesakitan.
• Respon emosi pada pada perubahan masalah pada gambaran diri, takut dan kemampuan seks menurun dan takut akan kematian.
Pengkajian Diagnostik
• Sedimen urine untuk mengetahui partikel-partikel urin yaitu sel, eritrosit, leukosit, bakteria, kristal, dan protein.
• Urine kultur
Diagnosa Perawatan yang sering timbul:
1. Nyeri sehubungan dengan penyempitan pada uretra
2. Potensial infeksi sehubungan dengan luka trauma pada uretra
3. Potensial infeksi sehubungan dengan faktor resiko obstruksi
4. Cemas sehubungan dengan ketidaknyamanan pada proses miksi dan fungsi seksual menurun.
5. Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurangnya informasi ntuk mencegah terjadi sakit yang berulang.

1. Intervensi
Independent:
• Tingkatkan mkemampuan pada : Hygiene perorangan, eliminasi, dan pergerakkan.
• Jelaskan tentang pentingnya kebersihan kelamin (pada wanita catat bila terjadi kelainan pada vagina).
• Hindari penggunaan bedak pada kelamin.
• Jelaskan tehnik penanmpungan urine bila terjadi gangguan ( perdarahan )
• Bila perlu disarankan untuk sirkumsisi.
Rasional : Untuk mencegah terjadinya infeksi dan injuri.
• Ganti alat tenun secara periodik.
Rasional: Meningkatkan relaksasi keyamanan pada saat bedrest.
• Observasi tanda-tanda vital.
Rasional : Syok neurogenik terjadi akibat nyeri berlebihan, tanda-tanda vital merupakan deteksi dini dari tanda-tanda syok.
• Bantu aktifitas jika diperlukan (turun dari tempat tidur, pergerakkan, dan lain-lain)
a. Rasional : Mencegah terjadinya cedera
• Mengatasi kecemasan
Rasional : Dengan mengurangi rasa cemas dapat membantu proses penyembuhan.
Kolaborasi :
Berikan obat-obatan : analgetik, untuk mengatasi nyeri
Rasional : Obat-obat narkotik, analgetik : Oxybutimin cloride (diazepam) dan propantelin bromid (pro-banthin)

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Purnawan Junadi, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ke 2. Media Aeskulapius, FKUI 1982.

Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Penerbit FKUI 1990.

Sylvia Anderson Price, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Alih Bahasa Adji Dharma, Edisi II.

Marllyn E. Doengoes, Nursing Care Plan, Fa. Davis Company, Philadelpia, 1987.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar